Jumat, 17 Februari 2017

sikap mandiri

Berdiri di atas kaki sendiri . Sebuah lambang kemandirian. Kaki difungsikan untuk menopang badan, diibaratkan sebagai pondasi yang mampu menyangga apa yang ada di atasnya. Apapun itu, termasuk pondasi itu sendiri.
Lalu mengapa harus di atas kaki sendiri? dan bukan di atas kaki orang lain, apakah harus dua kaki, atau cukup satu saja? Apakah mungkin kita berdiri di atas tangan, toh nyatanya banyak orang yang tidak punya kaki mampu “berdiri” dengan tangannya?
Berdiri di atas kaki sendiri berarti memanfaatkan potensi yang kita miliki. Tidak berbuat di atas kelebihan orang lain, karena setiap orang punya potensi yang berbeda-beda menurut kadarnya masing-masing. Masa punya kaki sendiri kok masih numpang di kaki orang lain? Terus, kalau cuma punya satu kaki gimana? itu tidak masalah. Bahkan yang tidak punya kaki pun bisa “berdiri” pakai tangan. Yang penting masih milik sendiri, kaki sendiri, atau tangan sendiri. Inilah prinsip menjadi diri sendiri.
Potensi adalah anugerah. Ketika tidak dipakai tentu saja mubazir. Enak kan punya kaki, bisa di buat main bola, jalan-jalan ke Masjid, nendang kaleng kosong di pinggir jalan, atau sekedar ongkang-ongkangan. Bersyukur punya kaki (baca; potensi) bukan hanya dengan mengucap hamdalah, lalu diam saja, fungsi kaki bukan untuk berdiri saja tetapi juga benar-benar memahami potensi utamanya.
Tatkala kita telah mampu berdiri di atas kaki sendiri, sayang rasanya kalau cuma berdiri. Berlarilah! Berjalanlah! Lompatlah! Atau apapun, yang penting menggunakan kaki itu semaksimal mungkin.
Penerapannya, tentu saja tidak hanya dalam batas individual. Prinsip ini bisa diterapkan dalam skala yang lebih luas. Sebut saja Indonesia, sebuah negara di pojok Asia Tenggara. Indonesia menurut kebanyakan orang adalah negara kaya, negara yang diapit dua samudera dan dua benua, keadaan menguntungkan ini mampu mengusik egoisme negara-negara imperelialis dan kolonialis mencicipi kekayaannya. Indonesia mungkin satu-satunya negara stategis di antara dua samudra dan dua benua, selainnya (baca; Indonesia) harus legowo berada di pinggir benua, betah di pinggir samudera, bahkan ada yang tidak diapit dua-duanya. Tetapi ironisnya negara-negara “pinggiran” tersebut kini sering diirikan Indonesia.
Inggris, negara maju itu hanya terletak di pojok Eropa. Jepang, negara sarat teknologi, adalah negara gersang. Singapura, negara yang luasnya secuil kota di Indonesia, kini adalah singa di kawasannya.
Indonesia memiliki tanah yang luas dan kekayaan alam yang melimpah. Sampai-sampai salah satu Syaikh Azhar yang sempat berkunjung ke Indonesia mengungkapkan kesan mendalamnya, “Indonesia qith’atun minal jannah allatî harabat min harasati Ridhwan.” Subhanallah… Potongan surga saja se-begitu kayanya. Jika demikian hebatnya kiasan Indonesia, lalu mengapa sampai saat ini Indonesia masih berdiri di atas kaki IMF? Lalu kenapa ketika ditimpa bencana kita biasa saja berdiri di atas kaki negara-negara donor yang murah hati? Bukankah kita dianugerahi sepasang kaki yang sehat dan kuat?
Benar, kaki kita adalah kaki yang sehat dan kuat. Akan tetapi kita senang memanjakannya, meluruskannya sepanjang hari di atas kasur empuk, tanpa pernah menggunakannya untuk berdiri sekalipun. Buat apa pakai kaki sendiri, toh masih ada kaki orang lain? Lebih baik numpang di kaki orang lain, praktis dan tidak capek.
Tapi jangan-jangan kita bukan cuma berdiri di atas kaki orang lain, melainkan tengkurap di bawah kaki orang lain. Bersedia menjadi alas kakinya tanpa pamrih. Orang lain yang numpang tidak hanya berdiri di atas kaki kita, tapi juga di atas badan kita, di atas kepala kita, dan di atas tangan kita.
Sudah, cerita di atas tak usah diteruskan, bikin tak genah saja. Lebih baik cuci kaki pakai sabun yang harum, dilap pakai handuk bersih, pakai kaos kaki dan sepatu, lalu lari pagi sambil berujar, “Bismillah…

Kamis, 16 Februari 2017

penilaian orang lain

Penilaian Orang Itu Relatif! Jadi, Jangan Terpaku Pada “Apa Kata Orang."

           Ketika seseorang menyibukkan hidupnya dengan mengundang perilaku orang lain ke dalam hidupnya, maka dia akan lupa untuk berpikir buat pertumbuhan, perbaikan, dan kemajuan kepribadiannya sendiri yang lebih berkualitas. Mungkinkah sifat menilai adalah sifat alamia manusia? Sebab, kebanyakan orang selalu menjadi sangat pintar dalam menilai perilaku dan sikap orang lain, dan menjadi sangat tidak pintar untuk menilai perilaku dan sikap diri sendiri. Bukankah ini sebuah kerugian besar buat kemajuan diri sendiri? Semua orang pasti paham bahwa kualitas hidup dalam kebahagiaan hanya bisa dimiliki, pada saat seseorang mampu memahami dan mengenal diri sendiri dengan baik. Dan bila orang-orang lebih suka mengenal diri orang lain daripada diri sendiri, apakah mungkin dia meraih kualitas hidup dan kebahagiaan?
         Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari manusia lainnya. Begitulah teori Adam Smith yang sudah kita kenal sejak duduk di bangsu Sekolah Dasar. Namun apa jadinya jika dalam semua aspek kita tidak lepas dari orang lain? Termasuk dalam hal penilaian. Manusia dikodratkan menjadi makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dari makhluk lainnya. Tapi jangan pernah lupakan fithrah kita sebagai makhluk tempat berkumpulnya salah dan khilaf. Manusia akan menemukan kepuasan dari menilai orang lain, baik penilaian positif ataupun negatif. Akibatnya, kita sering kali lupa tentang diri kita sendiri, karena terlalu terpaku dalam melihat kelebihan dan kekurangan orang lain. Akan sangat lebih baik jika pandangan kita terhadap orang lain itu dijadikan acuan atau contoh bagi kita untuk memperbaiki diri. Agar kita tidak terlalu memperhatikan aib orang lain, dan lupa pada aib diri sendiri yang jauh lebih besar. Begitu pun sebaliknya, kita terlalu nyinyir melihat kelebihan orang lain, padahal Tuhan telah menganugerahkan kekurangan dan kelebihan dalam diri kita sesuai dengan porsi kita masing-masing. Kita hanya tinggal menyelaraskan antara keduanya.
  •  Setiap orang memiliki cara pandang yang berbeda

 

Orang cerdas tidak akan merendahkan yang bodoh. Dan orang bodoh selalu merasa diri paling cerdas.
Tentu penilaian itu bukan hanya pasal cerdas dan tidak cerdas. Namun, yang ditekankan di sini adalah cara pandang mana yang kita gunakan.
Maka yang manakah Anda? Think again! Manusia akan dinilai dari bagaimana pola pikirnya, cara bicaranya, dan tingkah lakunya. Ketiganya adalah elemen utuh yang tidak bisa dipisahkan untuk menilai orang lain. Jangan menjadi bagian dari yang konyol, yang hanya melihat sesuatu dari sisinya saja.
  •  Mulailah bertanya pada diri sendiri, “Apakah benar informasi yang saya dengar dari orang lain ?”    
  Komunikasi merupakan kunci terpenting dalam membangun hubungan baik antar setiap individu. Komunikasi yang efektif sangat bergantung pada ketrampilan seseorang dalam mengirim maupun menerima pesan.tidak mudah percaya menerima informasi dari orang lain begitu saja apabila informasi yang kita peroleh dari orang lain tidak begitu menyakinkan atau masih di ragukan kebenaranya maka lebih baik meminta kejelasan langsung dari yang bersangkutan apakah informasi yang beredar benar adanya.
  • Mengenali Berbagai Tipe Mendengarkan
Mendengarkan bukan sekedar merupakan perkara fisik “mendengarkan”. Mendengarkan merupakan proses intelektual dan emosional. Dengan proses itu orang mengumpulkan dan mengintegrasi antara input, fisik, emosional dan intelektual dari orang lain dan berusaha menangkap pesan serta maknanya. Menurut Courtland dan John (2013:66) mendengarkan merupakan ketrampilan paling penting yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan di tempat kerja. Mendengarkan secara efektif memperkuat hubungan organisasi, meningkatkan pengiriman produk, menyiapkan organisasi akan peluang inovasi, dan memungkinkan organisasi tersebut mengelola pada era yang ditandai dengan meningkatnya keragaman angkatan kerja dan pelanggan yang dilayani perusahaan.Mendengarkan secara efektif sangat penting dalaam proses membangun kepercayaan bukan saja antar organisasi, tetapi juga antar individu. Memahami sifat alami mendengarkan merupakan langkah pertama menuju perbaikan ketrampilan dalam mendengarkan, yang memengaruhi apa yang mereka dengar dan arti yang mereka serap. Pendengar yang berorientasi pada orang bisa saja melewatkan petunjuk penting mengenai deadline yang akan segera datang, sedangkan pendengar yang berorientasi pada tindakan bisa saja melewatkan petunjuk penting bahwa ada masalah pribadi yang sedang memanas di antara dua anggota. Ketika anda membaca mengenai tipe-tipe umum mendengarkan, renungkan kecenderungan anda sebagai pendengar, dan pertimbangkandalam mendapatkan informasi yang efektif.

IRMASJA SUKA JADI TENAN

PERANAN REMAJA

Menjadi dewasa dan menjadi pribadi yang bebas mengatur diri sendiri mungkin menjadi impian bagi setiap remaja. Menjadi dewasa berarti mendapatkan lebih banyak kebebasan untuk mengatur apa yang ingin kita lakukan dibandingkan ketika kita masih kecil dulu, di mana kita masih suka mengikuti apa yang dikatakan orangtua kita. Namun begitu, kebebasan selalu muncul bersama dengan tanggung jawab. Hal ini yang sering tidak disadari atau sengaja dilupakan oleh para remaja.
Sebagai bagian dari masyarakat, mau tidak mau kita semua tidak bisa lagi hidup menurut cara dan kesukaan kita sendiri. Ada peraturan yang memang diciptakan untuk mengatur ketertiban dalam hidup bersama-sama orang lain. Peraturan yang sering dirasakan membatasi hidup kita itu sebenarnya bertujuan untuk menghindari terjadinya benturan dan konflik karena perbedaan kepentingan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Demikianlah setiap orang, baik tua maupun muda, merupakan anggota masyarkat yang saling berhubungan. Kebebasan yang kita peroleh dalam rangka menjadi dewasa tidak dapat kita pakai semaunya, tanpa memperhitungkan orang lain di sekitar kita. Kita tetap tidak dapat menggunakan kebebasan kita untuk melanggar kebebasan orang lain. Hidup bersama dengan orang lain membutuhkan sikap-sikap seperti mau saling mengalah dan saling membantu.
Sebagai remaja muslim, sikap peduli terhadap situasi dan kondisi yang menimpa masyarakat tempat kita hidup bersama merupakan tugas dan tanggung jawab kita selaku remja. Sikap peduli itu harus kita perlihatkan melalui cara berpikir, cara berbicara dan cara bertindak yang baik dan menunjukkan identitas kita sebagai remaja yang  berintegritas.
Kita hidup dan tinggal di tengah-tengah masyarakat yang mempunyai banyak sekali persoalan sosial:  kebodohan, narkoba, pornografi,dan perbuatan perbuatan yang menyimpang, adalah contoh-contoh persoalan sosial yang menimpa masyarakat kita saat ini. Di sinilah kita harus menunjukkan kepedulian kita sebagai remaja-remaja yang mempunyai sifat peduli dan sifat sosial yang tinggi. Kita harus mampu untuk mengambil bagian dalam masarakat, yaitu dengan memperhatikan dan bertindak dalam bentuk apa pun yang bisa kita lakukan dan berikan, sebagai bentuk kepedulian dan tanggung jawab kita selaku remaja
di tengah-tengah masyarakat.
Pemuda atau remaja merupakan generasi penerus sebuah bangsa, kader bangsa, kader masyarakat dan kader keluarga. Pemuda selalu diidentikan dengan perubahan, betapa tidak peran pemuda dalam membangun bangsa ini, peran pemuda dalam menegakkan keadilan, peran pemuda yang menolak kekuasaan.
Sejarah telah mencatat kiprah pemuda-pemuda yang tak kenal waktu yang selalu berjuang dengan penuh semangat biarpun jiwa raga menjadi taruhannya. Indonesia merdeka berkat pemuda-pemuda Indonesia yang berjuang seperti Ir. Sukarno, Moh. Hatta, Sutan Syahrir, Bung Tomo dan lain-lain dengan penuh mengorbankan dirinya untuk bangsa dan Negara.
Peranan lebih lanjut tentang peran pemuda dalam masyarakat adalah sebagai penerus generasi golongan tua yang berperan penting di dalam lingkungan masyarakat. Berorganisasi dalam berbagai rangkaian kegiatan sosialisasi, maupun yang lainnya. Para generasi penerus ini juga berperan penting dalam kondisi demokrasi dalam masyarakat sekitar. Contoh, dalam rangka pemilihan ketua RT atau ketua RW. Seluruh masyarakat sekitar ikut berpartisipasi untuk menyalurkan suaranya, termasuk para generasi penerus tersebut. Dan selanjutnya, bisa bersosialisasi dan bergabung dengan kelompok golongan tua, dalam hal bermasyarakat, maupun berorganisasi. Mereka juga bisa mengadakan sosialisasi atar sesamanya, seperti contoh berorganisasi membentuk grup olahraga, dan keagamaan Dan secara otomatis, mereka akan berbagi, dan bersosialisasi antar sesamanya. Dan oleh sebab itu, akan terjadi hubungan kontak yang baik antar sesama, mengenal sesama, dan saling membantu jika ada yang mengalami kesulitan dalam segala hal. 


Makalah Sosiologi Komunikasi

  BERBAGAI PERMASALAHAN SOSIAL YANG DIAKIBATKAN OLEH MEDIA MASSA Dosen Pengampu: Ria Rizkia Alvi, M...